Semangat Pluralisme
Nilai historis penerimaan Pancasila sebagai dasar
dan falsafah negara merupakan bukti kekuatan Pancasila mempersatukan berbagai
entitas Indonesia. Dengan demikian, Pancasila benar-benar berangkat dari realitas
masyarakat Indonesia. Semangat keberagaman yang terdapat dalam Pancasila
merupakan keniscayaan Indonesia. Aneka bahasa, suku, dan agama harus dimaknai
sebagai anugerah Tuhan untuk Indonesia.
Pluralitas tersebut menjadikan Pancasila begitu
penting dalam menjaga keseimbangan dan kesetaraan. Pancasila tidak menghendaki
adanya dikotomi mayoritas dan minoritas. Di hadapan negara, seluruh elemen
masyarakat adalah sama. Semua pihak berhak hidup dan menjalankan aktivitas
sesuai norma agama dan budaya masing-masing. Inilah prinsip pluralisme yang
diperjuangkan Gus Dur.
Prinsip pluralisme tersebut menjadi pijakan Gus
Dur dalam menoropong konsep kebangsaaan. Bahkan, sebelum wafat, Gus Dur
berpesan, "Saya ingin di kuburan saya ada tulisan, di sinilah dikubur seorang
pluralis."
Langkah konkret Gus Dur terlihat saat menjabat
presiden. Beliau menjadikan Konghucu sebagai agama resmi negara. Jasa terbesar
Gus Dur juga terlihat saat mencabut PP Nomor 14 Tahun 1967 yang melarang
kegiatan warga Tionghoa, Gus Dur juga menetapkan Imlek sebagai hari libur
nasional. Kebahagiaan kalangan Konghucu sampai dan kebebasan etnis Tionghoa
merayakan Barongsai merupakan bukti nyata kontribusi Gus Dur merealisasikan
pluralisme.
Tiga Dasar Keberagaman
Gus Dur meletakkan dasar keberagaman dalam tiga
aspek pokok dan menjadi tiga nilai universal perjuangan pluralisme. Tiga hal
tersebut adalah kebebasan, keadilan, dan musyawarah (Abdurrahman Wahid: 1998).
Bagi Gus Dur, kebebasan merupakan prasyarat hadirnya pluralisme. Gus Dur
mendambakan terciptanya komunitas merdeka dalam masyarakat etno-religius
Indonesia yang heterogen.
Dalam komunitas merdeka, entitas kemajemukan
bukan hanya dilindungi dari kekuatan eksternal, melainkan juga diberi
kesempatan mengekspresikan identitasnya di ruang publik. Dalam bidang
keagamaan, Gus Dur meyakini Pancasila menjamin kebebasan beragama. Bukan hanya
sebatas memeluk agama, melainkan juga mencakup peran etika kemasyarakatan agama
di ruang publik.
Gus Dur tak kenal lelah dalam membela hak
minoritas dan hal ini menunjukkan kepekaannya terhadap keadilan. Demi
mewujudkan keadilan, Gus Dur menentang dikotomi mayoritas-minoritas. Bagi Gus
Dur, wacana mayoritas-minoritas yang bersifat hierarki dan oposisional bukan
hanya mengancam keadilan, melainkan juga mengarah pada disintegrasi bangsa.
Dalam hal ini, Gus Dur berpandangan Islam sebagai
agama mayoritas dapat dijadikan sebagai etika kemasyarakatan, tetapi tidak
boleh dijadikan sistem nilai dominan, apalagi menjadi ideologi alternatif
menggantikan Pancasila. Fungsi Islam, menurut Gus Dur, sama seperti agama lain
dapat menjadi sistem nilai pelengkap bagi komunitas sosio-kultural.
Toleransi bukan lagi sekadar menerima
keberagaman, melainkan bagaimana supaya keberagaman membawa manfaat. Konsep
multikultural akhirnya menjadi produktif, bukan hanya sebatas saling menerima,
melainkan memberikan kontribusi positif dengan upaya mencari titik kelebihan
masing-masing.
Tantangan Pancasila
Pancasila saat ini menghadapi tiga tantangan
besar. Pertama, tantangan internasional berupa cengkeraman globalisasi yang
terkadang kurang mengindahkan rasa keadilan. Kedua, tantangan nasional, yakni
saat pilar kebhinnekaan dihadapkan pada segelintir kelompok yang menggunakan
kekerasan dalam mempertahankan pandangan mereka. Tak jarang kelompok ini menggunakan
jargon-jargon keagamaan menghadapi kelompok lain. Ketiga tantangan lokal,
seperti meletusnya kerusuhan atas nama etnik, konflik tanah, dan pemaksaan
simbol-simbol historis tertentu kepada publik.
Tiga tantangan ini harus diantisipasi bersama
untuk menyelamatkan Pancasila. Usaha melestarikan pluralisme yang telah
diperjuangkan Gus Dur merupakan bentuk usaha konkret mempertahankan Pancasila.
Usaha ini pula menjadi bentuk penghargaan kita terhadap jasa-jasa Gus Dur.
Sikap ini jauh lebih penting daripada sekadar
penganugerahan pahlawan nasional yang sedang diusulkan banyak pihak. Gus Dur
telah memberi contoh yang baik tentang pelestarian Pancasila, yaitu dengan cara
menjaga kenyamanan kehidupan bagi semua entitas bangsa dan pengakuan secara
tulus akan adanya hak-hak kalangan minoritas.
Sumber : http://www.lampungpost.com/index.php/component/content/article/66-opini/37122-pancasila-dan-gus-dur.html