Malaikat
Utara MenurutQ Scra hkum syari'at memg tdk d perbolehkn, tp scra
Hakikat itu tdk ad mslah. krn Cinta itu Anugerah dr Tuhan.
Malaikat
Utara Tuhan yg Berkehendak mnghadirkan cinta diantra 2 org mnusia, jd
mnusia tdk brhak mnyalahkan aplgi mnghalangix.
Malaikat
Utara Tuhan tdk prnh mlihat prbedaan diantara qt, dan apabila Tuhan
sudah berkehendak menghadirkan Ciinta diantara 2orng manusia, maka mnusia2 yang
lainnya tdk punya hak untuk menghakimi benar atau salah, krn mnusia2 itu tdk
pnya daya dan upaya untuk menentukan kbenaran yg sejati.
Malaikat
Utara Cinta itu dr Tuhan, Norma itu aturan yg dibuat oleh mnusia
Malaikat
Utara Larangan untuk hal yg berdosa,,,apakah mencintai dan dicintai
dosa???
siapa yg menciptakan cinta?
apakah qt akan menyalahkan Tuhan yg tlah mndtangkan cinta itu? krn qt brfkir
bwha qt mncntai org yg slah???
Malaikat
Utara Tuhan tdk prnah slah dlm berkehendak kpd siapa dan diantara
siapa dia akn mnganugerahkn cinta
Malaikat
Utara Kmbali pd individu msing2 dlm mnyikapi prbedaan yg ad. klo aq
sih no problem.
Chaterin
Selomith SETUJU mang...I like your mind,, top deh pkokx.
Smua yg trjd pd qt di dunia ini tdk lain krn campur tangan Tuhan,, mengapa
Tuhan menghadirkan cinta diantra 2 org itu klo tdk utk dipersatukan?? Perbedaan
itu sngat indah...aplg bagi org pintar yg mampu mempersarukan perbedaan itu.
Cinta yg hadir dlm perbedaan itu istimewa mnurut ∂ķΰ ...
Ajeng
Tersenyum B'coz Him Karena saya wayang dalam statement anda. Dan saya
yg benar2 paham tentang kehadiran anugrah yg patut dipertanyakan. Mungkin soal
benar dan salah manusia tidak pantas dan patut menghakimi, tp ketika berhadapan
langsung dg realita rasanya statement anda perlu disesuaikan dg kondisi yg ada.
Ajeng
Tersenyum B'coz Him Ketika semua orang yg mengalami love in different
religi ketika itu pula rasa "keakuan" mereka muncul dan tidak
disalahkan jika rasa itu semakin kuat ketika tau adanya tembok besar. Seperti
Marcell berkata dalam lagunya yg berjudul "peri cintaku" : Tuhan memang
1, kita yg tak sama haruskah aku lantas pergi meski cinta TAKKAN BISA pergi.
Rasanya mustahil menyatukan ini di negara kita karena semakin dirasa indonesia
menganut paham islamisme. Kebanyakan dr aturan yg mereka terapkan ada dalam
islam. Tapi dalam nasrani pun telah di sebutkan bahwasannya rasa cinta yg
menuju pernikahan beda agama pun tidak mendapat jalan tol tertuang pada alkitab
7:3.
Dan seperti itulah manusia mengambil penafsiran adanya larangan dalam Qs. al
baqarah yaitu "janganlah kamu menikah dg orang musyrik, dan sblikny jgnlah
km menikahi wanita musyrik"
{maf saya singkat} nah,di sini anggapan agma islam adalah musyrik it orang yg
blum memeluk ajaran islam, padahal telah ditanamkan dr belia bhwa musyrik it
sama dg ajaran yg tidak meng esakan allah, dan sebaliknya tiap agama punya
allah. Dimana letak penafsiran ini?
Yg saya rasakan sat ini adalah hempasan rasa yg tak tahu ditempatkan dimana.
Chaterin
Selomith Tuhan mengajarkan qt utk mngasihi dn mencintai sesama qt dgn
TANPA batasan,, bahkan Tuhan jg mengajarkan utk mengasihi org2 yg jahat sm qt.
Mengapa hrus ªϑa̲̅ musyrik jika kalian tau klo tiap agama itu mengenal Tuhan.
Tdk ªϑa̲̅ agama yg terbaik...krn di tiap agama tersimpan kasih ALLAH.
Memang sebaikny mnusia mnikah dgn org yg seiman, ini bkn haram melainkan hnya
cara manusia untk meminimalkan adanya perbedaan dlm kluarga.
Dlm greja katolik...2 insan yg saling mencintai wajib dipersatukan tanpa
memandang perbedaan agama. Iman itu antara mnusia dgn Tuhan...bkn mnusia dgn
mnusia,,iman itu tdk tampak...tersimpan dlm hati dn yg tau hanya kita dan
Tuhan.
Malaikat
Utara buat ajeng tu udh d jwb sma tmenq,,,!
@nimz: yupz btul bngetz. krn hnya Tuhan yg tw itu.
Malaikat
Utara Qt sbg Mnusia jng skali2 mnjdi Tuhan dg mnghukumi ssuatu
benar/salah, mnrut pndangan qt sja.
Malaikat
Utara prbdaan itu trjdi krn qt memandang/mnghkumi org lain dr sdut
pndang/aturan qt sndri, tdk scr plural.
Ajeng
Tersenyum B'coz Him Oke, membahas tentang ajaran. Semua memang
mengajarkan kebaikan dan esensi nya sama ketika perbdaan it mengESAkan materi
yg sama yaitu Tuhan.
Dan disini pola fikir manusia yg menjdi tolak ukur boleh tidaknya.
Dalam kondisi seperti apapun tidak ada yg bs menyalahkan Dia sbgai
sutradara dlm rasa yg tmbuh dlm perbdaan. Tp tetap saja di negara kita
"pohon natal tidak akan bisa dihiasi dg ketupat"
dan mengutip dr pendapat mbak, memang benar seperti itu, tetapi perlu
diperhatikan bhwasannya cinta itu memicu adanya "keakuan"
Chaterin
Selomith Andai aj org Indonesi sadar akn semboyan yg dibuat sndri
"Bhineka Tunggal Ika"
Sbnarx ini cm msalah prinsip dr msing2 individu, jika individu mau dn mampu
mnerima perbedaan mka tdk akn ªϑa̲̅ msalah baik itu cinta dll.
Tp apbila individu itu trlalu kolot dn tdk mau mnerima perbadaan yaa itu kmbali
pd diri msing2, hidup itu pilihan kok. Dn pilihan yg kalian pilih nantix tdk
lain adlh campur tangan Tuhan.
So...qt ikut'in aj arus skenario dari yg maha kuasa... Apapun yg trjadi pd diri
qt nantix...itulah takdir qt.
Bagus Kusuma maaf, saya
tiba2 tergelitik nimbrung, saya cuma pingin memberi pendapat aja, saya bukan
orang pandai agama, jd klo dirasa kurang pas, monggo di-ignore aja
menurut saya,
memang Tuhan itu SATU, TUNGGAL, ESA, dan berbagai kata yg menggambarkannya.
meskipun begitu, bagaimanapun kita sebagai hambaNya hanyalah makhluk cerdas
yang mempunyai daya nalar terbatas. itulah yang membuat perbedaan pendapat dan
pandangan (intra- dan inter- religion) itu berbeda. jangankan pada ajaran2
Beliau, pada sebuah batu sungai saja, 2 manusia bisa mempunyai pendapat dan
pandangan yang berbeda. namun, batu itu tetap saja batu. selain itu, sekali
lagi saya mohon maaf, kali ini agak ekstrim, dalam nalar saya, agama itu adalah
hasil dari keterbatasan pandangan manusia dalam melihat, memahami, dan
menghayati hakekat Tuhan itu sepenuhnya dan sebenarnya. Keterbatasan pandangan
manusia, ditambah dengan sentimen2 pribadi, politik, intrik, dan hal2 duniawi
lainnya, termasuk keindahan, norma2 masyarakat, dan keteraturan, itulah yg
menjadikan sebuah "Agama". Soal percintaan beda agama, hmmm.....rodo
abot iki, soale aku single
hehehe. Tidak ada
satu agamapun yang rela kehilangan umatnya, dan tidak ada satu agamapun yang
tidak bahagia ketika umatnya bertambah, dengan dalih apapun. yang perlu
diperhatikan disini, jdikan cinta sesejati hakikatnya cinta, dan untuk agama,
kembalikan kepada individu2 yang terlibat, apabila ada yg merasa
"terpanggil" mengikuti pasangannya, monggo, apabila tidak, juga
monggo. hidup kita ini sudah satu set dengan yang namanya
"pilihan-pilihan" dan "konsekuensi-konsekuensi atas pilihan yang
diambil", tinggal rekan-rekan yang bercinta BERANI atau TIDAK, memilih dan
menerima konsekuensi pilihannya. sedikit Quote dari Atharwa Weda dlm bhsa
inggris
" Love is My highest Miracle. Love can make you gather the affection of
all mankind. Love will not tolerate any selfish aim or approach, Love is God.
Live in Love. Then all is right; all can be well.”
Om Shanti Shanti Shanti Om (May Peace given for our hearts, our universe,
forever)
Hairus
Saleh tmn2 yg sy hormati.. pluralitas (berbeda dg pluralisme yg
dipahami HTI dan kaum radikal lainnya) itu merupakan hipotesa dari tesa dan
antitesa kaum religius yang dilandaskan pada metode induksi.. dalam kasus islam
misalnya.. para teolog (al ghazali, ibn sina, ibn rusyd dan termasuk asy'ari
dll) maupun fuqaha sepakat bahwa sejauh apa pun manusia memikirkan dzat Tuhan,
sejauh itu pun manusia hanya akan menghasilkan ilustrasi -tashawwur (dalam
bahasa mantiq)- tentang tuhan pribadi yang mereka konsepsikan sendiri. dalam
istilah lain tuhan itu adalah tuhan buatan manusia itu sendiri (nisbi). bukan
Tuhan yang sesungguhnya.. kenapa demikian? manusia mencari sesuatu dengan
akalnya (dalam pandangan teolog, failasuf, saintis dll). akal itu adalah bagian
dari alam (makhluk selain Tuhan), karena ia bagian dari alam, maka ia adalah
alam. sedangkan sesuatu yang bersifat alamiyah itu hanya bisa menjangkau apa
yang sederajat dengannya yaitu alam juga. sedangkan kita tahu -baik menurut
ilmuan islam dan al qur'an itu sendiri- bahwa Tuhan itu diluar alam, sehingga
tidak mungkin manusia menangkapnya. artinya Tuhan yang manusia maksud adalah
tuhan buatan yang bukan hakiki, sehingga wajar kalau pandangan tiap kaum
tentang Tuhan itu berbeda. tetapi Tuhan memaklumi hal itu, karena Tuhan tahu
kekurangan manusia. hal ini tidak hanya dialami islam, tetapi juga penganut
monoteisme lainnya seperti yg telah dijelaskan secara ilmiah oleh karen
amstrong dalam sejarah Tuhan..
Hairus
Saleh sekilas tentang islam: Muhammad tidak pernah mencetuskan bahwa
ajarannya itu diinstitusikan menjadi islam, dalam artian islam sebagai sebuah
nama agama. islam pada masa itu adalah sebuah istilah yang menaungi setiap
ideologi yang memasrahkan seluruhnya kepada Tuhan yang maha esa. islam itu
adalah kepasrahan sepenuhnya kepada Allah. dengan demikian muslim ialah manusia
yang memasrahkan dirinya kepada ajaran-ajaran Tuhan yang maha esa (Allah). kata
Allah di sini adalah ma'rifah yang nakirahnya ialah ilahun. kata ma'rifah di
sini ialah yang membedakan antara Tuhan yang maha esa dengan Tuhan yang maha
jamak, yang pada saat itu banyak dianut kaum quraisy.. sehingga kata musyrik
itu diartikan sebagai orang yang menyekutukan keesaan Tuhan..
Hairus
Saleh udah bisa menyimpulkan mungkin bro.. penjelasan di atas udah
jelas.. berdasarkan analisis di atas tuch. bahwa mencintai dan nikah selain
agama ya tidak ada masalah, asalkan tetap "islam". islam dalam arti
yang sudah dijelaskan di atas. dengan argument ontologinya yang telah
dijelaskan di artikel yang lebh awal.. tentang Tuhan...
Malaikat
Utara Hairus
Saleh : artinya islam pada masa itu adalah sebuah istilah yang
menaungi setiap ideologi yang memasrahkan seluruhnya kepada Tuhan yang maha esa
Siiiepp Hebat,,,!!! gk sia2 gua ngajarin loe,,,Hahahahaaa
Yulius
Nugroho numpang tanya, apakah pluralitas bisa terlepas dari falsafah
local (dalam hal ini Indonesia, dengan falsafah Binneka Tunggal Ika)? sehingga
menurut analisa saya pluralitas yang dibicarakan sedari tadi terlihat sebagai
nilai-nilai moral universal yang kurang melihat falsafah local, meskipun secara
implisit terlihat, tpi kurang jelas. tolong pencerahan hehehe. dari manakah
pemahaman pluralitas terbentuk? dari esenssi setiap ajaran apakah dari sumber
lain? tolong penjelasan. trima kasih. saya suka dengan "forum diskusi
ini".
Anwar
Khamaeni wedew...
bahas nikah beda agama, bukankah dalam semua agama pernikahan itu sesuatu yang
sakral dan bernilai ibadah? lalu, kalau melarang orang menikah karena tidak
seiman, apakah bukan berarti melarang orang untuk beribadah?
dalam kaitannya dengan dalil, mohon jangan dikutip teksnya saja. Bukankah dalam
penurunan ayat (dalam tiap agama), tak lumput dari konteks? mengkaji sisi
tekstualnya saja, bukankah sama artinya menurunkan kualitas makna dalil itu
sendiri?
soal pluralisme, bukankah berangkat dari akar kata plural yang berarti beragam,
jadi kenapa harus dilawankan dengan pandangan local-universal?
Yulius
Nugroho sudah jelas memang pluralisme berasal dari akar kata plural.
bukan diperlawankan dengan pandangan local, namun bagaimana hubungan pluralisme
(nilai universal) dan kebijakan local (local wisdoms) di pahami? karna tidak
dapat dipungkiri kita hidup dalam konteks tertentu. saya setuju agar ayat-ayat
suci diinterpretasi ulang, tidak hanya sebatas harafiah, namun melihat konteks
ditulisnya ayat-ayat tersebut. Nuwun
“Maka Wajar kalau pandangan tiap kaum tentang
Tuhan itu berbeda. tetapi Tuhan memaklumi hal itu, karena Tuhan tahu kekurangan
manusia”.