Dalam novel Rumah di Seribu Ombak karya Erwin Arnada, ini
kita akan dikenalkan pada tokoh utama Samihi seorang anak muslim yang menjalin
persahabatan dengan seorang anak berkeyakinan Hindu, Wayan Manik (Yanik).
Samihi adalah seorang anak sekolahan yang awalnya penakut dan taat pada orang
tuanya. Yanik adalah seorang anak pemberani yang sedikit lebih tua, penyuka
lumba-lumba, dan suka berkelana di lautan. Mereka berdua adalah beberapa anak
yang tumbuh di sebuah desa Kalidukuh di daerah Singaraja, Bali. Keduanya
mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda. Sebagai catatan, daerah
Singaraja di Bali adalah sebuah daerah yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, tidak seperti daerah lain di Bali yang mayoritas berkeyakinan Hindu.
Samihi hidup dengan ayah dan adiknya (Syamimi), ibu dan
kakaknya telah meninggal lebih dahulu. Lain halnya dengan Yanik. Yanik adalah
seorang anak tunggal yang hidup dengan ibunya yang sakit-sakitan. Ayahnya sudah
cerai dan memperistri seseorang yang bertempat tinggal di Kuta, Bali. Yanik hanya
sesekali bertemu ayahnya yang bekerja di sebuah restoran di Legian, sehingga
Yanik terpaksa harus menjadi tulang punggung bagi ibunya.
Banyak konflik batin yang dialami oleh tokoh Samihi sebagai
tokoh utama. Kecintaan Yanik pada kegiatan snorkeling dan surfing di lautan
ditularkan kepada Samihi, sehingga Samihi tidak takut lagi pada air dan nasehat
orang tuanya. Namun, kisah kedekatan kedua anak itu lambat laun pupus karena
Yanik tersangkut konflik pelecehan seksual oleh seorang warga Australia, Andrew.
Aib yang diderita Yanik semakin menjadi-jadi, apalagi ia telah kehilangan
ayahnya yang menjadi salah satu korban Bom Bali.
Hingga suatu saat Yanik pun meninggalkan kampung Kalidukuh.
Samihi beserta adiknya Syamimi merasa kehilangan. Ketekunan Samihi dalam
belajar akhirnya bisa membuatnya menjuarai lomba qiraah dan lomba surfing.
Samihi merasa semua keberhasilan yang ia raih tidak lepas dari peran Yanik
sebagai teman sejatinya. Samihi akhirnya sangat menggemari kegiatan
berselancar. Kegigihan dan ketertarikannya kepada laut semakin diyakinkan oleh
dukungan ayahnya dan orang-orang disekitarnya.
Sosok Ngurah Panji, seorang penjaga keamanan desa yang
banyak bergaul, sering menjadi penengah di balik setiap konflik antara Samihi
dengan Yanik, juga Samihi dengan keinginannya. Pertama, ketika Samihi dikeroyok
oleh anak desa sebelah yang ingin mencuri sepedanya, Ngurah Panji lah yang
melerai. Kedua, ketika Samihi ingin menyelamatkan Yanik dari cengkeraman
Andrew, Ngurah Panji lah yang membantu menyelesaikan hingga ke pengurus desa.
Ketiga, ketika Samihi ingin bertemu juragan surfing dari Kuta, Bli Komang, maka
Ngurah Panji juga yang akhirnya menghubungkan mereka berdua.
Hal unik dari cerita di novel ini yaitu ketika Yanik yang
non-muslim bersedia membantu sahabatnya untuk memberi tahu cara mengaji agar
bisa mengeluarkan suara yang bagus.
Yanik pun mengenalkan Samihi pada seorang ahli
mekidung (geguritan) Bali. Selain persahabatan, novel ini juga dibubuhi dengan
sedikit kisah percintaan antara Yanik dan Syamimi (adik Samihi). Di akhir
cerita pembaca akan dibawa ke suasana duka dan kerelaan yang mendalam tentang
arti sebuah toleransi, persahabatan, dan percintaan yang saling berkaitan.
Semangat dan kegigihan dalam mengalahkan rasa takut yang dirasakan Samihi patut
dicontoh, sehingga ia bisa menjadi seorang surfer hebat dan mengantarkannya ke
Melbourne, Australia.